Strategi meningkatkan Kompetensi Pamong Belajar Dengan Model IHT Menata
Organesasi Berbasis Kebutuhan Lembaga. Karya Tulis. Disajikan pada Lomba
Apresiasi PTK PAUDNI Provinsi Jambi Tahun 2013.
Kata Kunci: Kompetensi,
Pamong Belajar, In House Training, Menata Organesasi Berbasiskan Kebutuhan
Lembaga
Pamong
belajar sebagai tenaga fungsional dalam pendidikan nonformal harus memenuhi
standar kualifikasi dan kompetensi pendidik. Untuk meningkatkan kompetensi
pamong belajar, pemerintah senantiasa menyelenggarakan pelatihan. Kenyataan di
lapangan, masih terjadi ketimpangan antara kompetensi yang dimiliki pamong
belajar dengan kebutuhan lembaga untuk menyelenggarakan program kegiatan. Untuk
mengatasi ketimpangan yang terjadi, maka perlu ada suatu strategi Meningkatkan
kompetensi pamong belajar yang membahas masalah penataan organisasi berbasis
pada kebutuhan lembaga
Permasalahan
yang dikemukakan adalah “Bagaimanakah strategi Meningkatkan kompetensi pamong
belajar melalui In House Training Menata Organesasi Berbasiskan
Kebutuhan Lembaga?”. Tujuan yang ingin dicapai dari karya tulis ini adalah
untuk mengetahui strategi pelaksanaan, keunggulan dan kendala In House
Training Menata Organesasi Berbasiskan Kebutuhan Lembaga. Manfaat yang
diharapkan adalah memberikan sumbangan gagasan, ide, dan konsep
tentang pelatihan Meningkatkan kompetensi, sebagai bahan acuan penyelenggaraan
pelatihan di SKB, Dinas Pendidikan, serta lembaga pemerintah yang membidangi
PAUDNI.
IHT
Menata Organesasi Berbasiskan Kebutuhan Lembaga adalah pelatihan Meningkatkan
kompetensi pamong belajar yang bertujuan untuk menata organisasi berbasis pada
kebutuhan lembaga. Pelatihan ini diikuti oleh pamong belajar dan
diselenggarakan di SKB tempat pamong belajar bekerja. Strategi pelaksanaan IHT Menata
Organesasi Berbasiskan Kebutuhan Lembaga dilakukan melalui tiga pokok bahasan,
yaitu; 1) mengungkap permasalahan kompetensi pamong belajar, 2) mengungkap
permasalahan kebutuhan lembaga, dan 3) mensinkronisasikan antara kompetensi
pamong belajar dengan kebutuhan lembaga sebagai bahan pembagian kerja.
Kekhasan gagasan IHT Menata
Organesasi Berbasiskan Kebutuhan Lembaga ini adalah, merupakan kegiatan
pelatihan yang ditujukan untuk melatih pamong belajar dalam meningkatkan
potensi dirinya, dan memahami apa yang harus dikerjakan untuk meningkatkan
produktivitas kinerja. Pelatihannya hanya diikuti oleh pamong belajar dari SKB
penyelenggara, dan penyelenggaraannya dilaksanakan di tempat kerja. Keunggulan
IHT Menata Organesasi Berbasiskan Kebutuhan Lembaga adalah dapat mengungkap
kompetensi yang dimiliki pamong belajar, dapat menentukan kebutuhan lembaga,
dan dapat digunakan sebagai pedoman untuk pembagian kerja.
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang
Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, menyebutkan
ada delapan standar untuk menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat. Salah satu lingkup Standar Nasional Pendidikan tersebut adalah
standar pendidik dan tenaga kependidikan.
Standar
pendidik dan tenaga kependidikan menyebutkan bahwa pendidik harus memiliki
kualifikasi akademik dan kompetensi. Kualifikasi akademik adalah tingkat
pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik yang dibuktikan
dengan ijazah dan/atau sertifikat keahlian yang relevan. Sedangkan kompetensi
pendidik sebagai agen pembelajaran meliputi; kompetensi pedagogik, kepribadian,
professional, dan sosial (Depdiknas, 2006). Pendidik pada
pendidikan nonformal meliputi; pamong belajar, pendidik PAUD, tutor, pengajar,
pembimbing, pelatih, instruktur dan penguji program vokasi.
Pamong
belajar sebagai pendidik dalam pendidikan nonformal tidak bisa terlepas dari
standar seorang pendidik. Pamong belajar merupakan salah satu unsur sumber daya
manusia (SDM) penting dalam sebuah lembaga PAUDNI. Keberadaan pamong belajar
sangat strategis, karena menjadi unsur penentu penyelenggaraan program
kegiatan. Sebagai SDM yang memegang peranan vital dan fundamental dalam sebuah
organisasi, Pamong belajar sebagai tenaga pendidik, tidak luput dari keharusan
memenuhi standar kualifikasi dan kompetensi pendidik. Sebagai SDM yang berperan
untuk melaksanakan program kegiatan pendidikan nonformal, maka kompetansinya
harus senantiasa ditingkatkan seiring dengan perkembangan jaman.
Dalam
rangka Meningkatkan kompetensi pamong belajar, setiap tahun pemerintah telah
menyelenggarakan kegiatan pelatihan bagi pamong belajar, baik yang
diselenggarakan di tingkat pusat, regional, provinsi maupun
kabupaten/kota.Dinas Pendidikan Muaro Jambi yang memiliki pamong belajar
berjumlah 5 orang, seluruhnya ditugaskan pada SKB Muaro jambi, telah
mengikutsertakan pamong belajar tersebut di berbagai pelatihan kepamongan. Pembinaan
dan Meningkatkan kompetensi sudah dilakukan. Namun pelatihan-pelatihan yang
diselenggarakan tersebut belum mengarah pada suatu bentuk pelatihan yang khusus
membahas penataan oraganisasi kepamongan maupun kebutuhan lembaga di SKB Muaro
jambi.
Kenyataan di lapangan
masih terjadi ketimpangan antara kebutuhan lembaga dalam penyelenggaraan
program SKB dengan kompetensi yang dimiliki pamong belajar. Masih dijumpai
pamong belajar yang kompetensinya tidak sesuai dengan program yang ada di
lembaga, atau sebaliknya kegiatan lembaga tidak sesuai dengan kompetensi yang
dimiliki pamong belajar.
Untuk
mengatasi permasalahan ketidak-sinkronan antara kebutuhan masyarakat yang
diselenggarakan oleh SKB dengan SDM yang tersedia, diperlukan adanya suatu
penataan organisasi yang berbasis kebutuhan lembaga. Dalam upaya menata
organisasi agar dapat memenuhi kebutuhan lembaga perlu adanya suatu pelatihan
yang dapat meningkatkan kompetensi pamong belajar sesuai dengan yang dibutuhkan
untuk menyelenggarakan program kegiatan di lembaga SKB. Pelatihan tersebut
harus diselenggarakan secara khusus, terencana dengan baik dan diarahkan pada
upaya penataan organisasi yang disesuaikan dengan kebutuhan lembaga. Dalam
karya tulis ini penulis mengungkapkan gagasan tentang sebuah pelatihan Meningkatkan
kompetansi pamong belajar yang berupa In House Training tentang
penataan organisasi dengan berbasis pada kebutuhan lembaga, atau yang disingkat
dengan istilah “IHT Menor Berbule”, yaitu sebuah pelatihan yang diselenggarakan
di tempat lembaga SKB itu sendiri dengan tujuan untuk menata organisasi pamong
belajar yang berbasis kebutuhan lembaga.
1.2. Permasalahan
Pokok
permasalahan yang dikemukakan dalam karya tulis ini adalah“Bagaimanakah
strategi Meningkatkan kompetensi pamong belajar melalui In House Training Menata
Organesasi Berbasiskan Kebutuhan Lembaga?”
Bertolak dari pokok
permasalahan tersebut, pertanyaan-pertanyaan yang akan menjadi fokus masalah
dalam karya tulis ini adalah sebagai berikut:
1)
Bagaimanakah strategi
pelaksanaan In House Training Menata Organesasi Berbasiskan Kebutuhan
Lembaga yang dikembangkan untuk meningkatkan kompetensi pamong belajar?
2)
Apa keunggulan In House
Training Menata Organesasi Berbasiskan Kebutuhan Lembaga?
3)
Apa kendala dalam melaksanakan In
House Training Menata Organesasi Berbasiskan Kebutuhan Lembaga?
1.3. Tujuan
Tujuan dari penyusunan
karya tulis tentang “Strategi Meningkatkan Kompetensi Pamong Belajar
memlaui In House Training Menata Organesasi Berbasis Kebutuhan
Lembaga” ini adalah untuk mengetahui:
1)
Strategi pelaksanaan In House
Training Menata Organesasi Berbasiskan Kebutuhan Lembaga.
2)
keunggulan In House Training Menata
Organesasi Berbasiskan Kebutuhan Lembaga.
3)
kendala dalam melaksanakan In House
Training Menata Organesasi Berbasiskan Kebutuhan Lembaga.
1.4. Manfaat
1.4.1. Manfaat
Teoritis
Secara teoritis, karya
tulis ini diharapkan dapat memberikan sumbangan berupa gagasan, ide, konsep
tentang model pelatihan Meningkatkan kompetensi pamong belajar yang efektif dan
efisien yang dapat dislenggarakan di lembaga SKB.
1.4.2. Manfaat
Praktis
Hasil
penyusunan karya tulis tentang “Strategi Meningkatkan Kompetensi Pamong
Belajar memlaui In House Training Menata Organesasi Berbasis
Kebutuhan Lembaga” ini diharapkan bermanfaat bagi pihak-pihak:
1)
Lembaga SKB, sebagai bahan acuan
penyelenggaraan pelatihan.
2)
Dinas Pendidikan untuk pembinaan Meningkatkan
kompetensi pamong belajar.
3)
BPKB, BPPAUDNI/P2PAUDNI dan PPTK PAUDNI
Dirjen PAUDNI Kemdiknas dalam melaksanakan Meningkatkan kompetensi pamong
belajar melalui pelatihan yang diselenggarakan.
4)
Sebagai contoh atau model bagi
penyelenggara pelatihan Sumber Daya Manusia.
BAB
II
LANDASAN
TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR
2.1. Meningkatkan
Kompetensi
Meningkatkan
adalah proses, perbuatan, cara untuk meningkatkan sesuatu. Kompetensi dapat
diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk menguasai sesuatu. Sedangkan orang
yang cakap, mengetahui, mampu menguasai sesuatu disebut dengan kompeten
(Depdikbud, 1995). Dalam buku panduan sertifikasi
guru, mendefinisikan kompetensi sebagai pemilikan, penguasaan,
keterampilan dan kemampuan yang dituntut dalam jabatan seseorang (Depdiknas,
2009).
Meningkatkan
kompetensi yang dimaksud dalam karya tulis ini adalah usaha untuk meningkatakan
pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan pamong belajar dalam melaksanakan
tugas-tugasnya. Adapun tugas pokok pamong belajar mencakup pelaksanaan kegiatan
belajar mengajar, pengkajian program dan pengembangan model PAUDNI. Kompetensi
pamong belajar mencakup empat komponen, yaitu; 1) kompetensi pedagogik dan
andragogik, 2) kompetensi professional, 3) kompetensi personal, dan 4)
kompetensi sosial.
2.2. Pamong
Belajar
Pamong
belajar adalah pendidik dengan tugas utama melakukan kegiatan belajar mengajar,
pengkajian program dan pengembangan model Pendidikan Nonformal dan Informal
(PNFI) pada Unit Pelaksana Teknis (UPT)/Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) dan
satuan PNF (Kemdiknas, 2011). Keberadaan pamong belajar dapat dipekerjakan pada
Sanggar Kegiatan Belajar (SKB), BPKB, BPPAUDNI, P2PAUDNI.
Kedudukan
Pamong Belajar merupakan pelaksana teknis fungsional dan merupakan jabatan
karir yang hanya dapat diduduki oleh seseorang yang telah berstatus pegawai
negeri sipil (PNS). Sebagai pegawai yang menduduki jabatan fungsional, seorang
pamong belajar harus memenuhi standar pendidik dan tenaga kependidikan sesuai
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan, pada bagian Bab VI tentang Standar Pendidik dan Tenaga
Kependidikan. Dalam standar PTK ditegaskan bahwa seorang pendidik harus memiliki
kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran.
Pamong
belajar sebagai tenaga fungsional merupakan ujung tombak penyelenggara program
kegiatan PAUDNI di SKB. Untuk itu pamong belajar harus memiliki kompetensi yang
dibutuhkan dalam penyelenggaraan program di lembaganya.
2.3. In
House Training
In
House Training merupakan salah satu model pelatihan. Pelatihan adalah
proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada
suatu lingkungan belajar tertentu untuk menjadikan peserta didik memahami dan
menguasai ilmu pengetahuan (Kemdiknas, 2011).
In
House Training merupakan kegiatan pelatihan belajar yang diselenggarakan
oleh lembaga untuk meningkatkan kinerja sumber daya manusia dalam melaksanakan
pekerjaannya, dimana kegiatannya dilaksanakan di tempat kerja atau dalam
lembaganya sendiri. In House Training dilaksanakan untuk memenuhi
tuntutan kebutuhan lembaga agar tujuan organisasi dapat tercapai. Kegiatan In
House Training menggunakan peralatan kerja peserta pelatihan dengan materi
yang relevan dan merupakan permasalahan yang sedang dihadapi, sehingga peserta
akan lebih mudah menyerap dan mengaplikasikan materi pelatihan untuk
menyelesaikan dan mengatasi permasalahan kerja yang dialami dan meningkatkan
kualitas dan kinerja sumber daya manusia.
Konsep In
House Training adalah pengembangan bentuk pelatihan yang bertujuan
untuk meningkatkan peran SDM semaksimal mungkin dalam sebuah lembaga. Pelatihan
pada hakekatnya mengandung unsure-unsur pembinaan dan pendidikan. Pelatihan
adalah suatu proses yang meliputi serangkaian tindakan atau upaya yang
dilaksanakan dengan sengaja dalam bentuk pemberian bantuan kepada tenaga kerja
yang dilakukan oleh tenaga professional kepelatihan dalam satuan waktu tertentu
yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan kerja peserta dalam bidang
pekerjaan tertentu guna meningkatkan efektivitas dan produktivitas dalam suatu
organisasi (Hamalik, 2005). Pelatihan atau training merupakan salah
satu fungsi manajemen yang seharusnya dilaksanakan secara terus-menerus dalam
rangka pembinaan SDM dalam suatu organisasi. Training memiliki fungsi
edukatif, administrasi dan personal. Dalam fungsi
edukatif, training mengacu pada Meningkatkan kemampuan profesional,
kepribadian, kemasyarakatan, dedikasi dan loyalitas kepada lembaga. Fungsi
administratif mengacu pada pemenuhan persyaratan administrasi kepegawaian.
Fungsi personal lebih menekankan pada pembinaan kepribadian dan bimbingan
personal untuk mengatasi kesulitan dan masalah dalam pekerjaan.
Harjana
(2001) menjelaskan pelatihan atau training sebagai suatu kegiatan
belajar untuk meningkatkan kinerja pekerja dalam melaksanakan pekerjaan yang
mereka emban. Training dilakukan secara sistematis menurut prosedur
tertentu dengan metode yang baku dan sesuai serta dijalankan secara
sungguh-sungguh dan teratur. Adapun tujuan training meliputi;
mempelajari dan mendapatkan kecakapan-kecakapan baru, mempertahankan dan
meningkatkan kecakapan-kecakapan yang sudah dikuasai, mempraktekkan
hasil training, mengembangkan kepribadian, mengembangkan efektivitas
lembaga, dan memotivasi pekerja untuk terus belajar dan berkembang.
Dalam
karya tulis ini, In House Training merupakan pelatihan bagi pamong
belajar yang dislenggarakan oleh lembaga PAUDNI, seperti; SKB, BPKB, BPPAUDNI
dan P2PAUDNI, serta instansi pemerintah yang membidangi PAUDNI, dimana
kegiatannya dilaksanakan di tempat kerja atau dalam lembaga dengan tujuan untuk
meningkatkan kompetensi pamong belajar. SDM yang dijadikan obyek pelatihan
adalah pamong belajar sebagai tenaga fungsional yang bertugas menggerakkan
program PAUDNI.
2.4. Menata
Organesasi Berbasiskan Kebutuhan Lembaga
‘Menata
Organesasi Berbasiskan Kebutuhan Lembaga’ adalah sebuah jargon dari kata-kata
‘Menor’ singkatan dari kata Menata Organisasi, dan ‘Berbule’ yang
merupakan singkatan dari kata Berbasis Kebutuhan Lembaga.Organisasi
adalah suatu sistem perserikatan formal, berstruktur dan terkoordinasi dari
sekelompok orang yang bekerja sama dalam mencapai tujuan (Hasibuan, 2007).
Chester I. Bernard dalam Manulang memberi pengertian organisasi sebagai suatu
sistem dari aktivitas kerjasama yang dilakukan oleh dua orang atau lebih
(Manulang, 2006).
Untuk
mencapai tujuan, sebuah organisasi harus direncanakan, ditata secara rinci dan
terprogram dengan baik. Menata organisasi merupakan upaya untuk menciptakan
struktur dengan bagian-bagian yang diintegrasikan sedemikian rupa, sehingga
hubungannya saling terkait dan tidak bisa dipisahkan. Kegian menata organisasi
ini disebut sebagai ‘Pengorganisasian’ (Hasibuan, 2007).
Muhammad
(2007) mengartikan organisasi adalah suatu sistem mengkoordinasi aktivitas
dalam mencapai tujuan bersama. Organisasi mempunyai struktur, tujuan, saling
berhubungan satu bagian dengan bagian yang lain dan tergantung pada komunikasi
manusia untuk mengkoordinasikan aktifitas dalam organisasi tersebut.
Karakteristik dari organisasi mencakup dinamis, memerlukan informasi, mempunyai
tujuan dan terstruktur. Sedangkan fungsi organisasi adalah untuk memenuhi
kebutuhan pokok organisasi, mengembangkan tugas dan tanggung jawab,
menghasilkan produk dan mempengaruhi orang.
Menata
organisasi dalam karya tulis ini adalah upaya untuk menata pamong belajar
sesuai dengan kompetensi yang dimiliki guna menciptakan hubungan kerjasama
dalam melaksanakan tugas-tugas kepamongannya, sehingga tujuan lembaga akan
tercapai. Untuk menata organisasi diperlukan suatu perencanaan yang matang.
Lembaga
adalah pola perilaku manusia yang mapan, terdiri atas interaksi sosial
berstruktur dalam suatu kerangka nilai yang relevan (Depdikbud, 1995). Lembaga
merupakan tempat atau wadah bagi orang-orang untuk menjalankan sesuatu dengan
ikatan tertentu. Dalam sebuah lembaga, anggotanya terikat oleh pola perilaku
dan interaksi sosial yang terstruktur dan diatur dalam suatu tata tertib.
Lembaga dalam karya tulis ini adalah instansi pemeritah yang membidangi PAUDNI
yang di dalamnya ada pamong belajar sebagai tenaga fungsional untuk menjalankan
program-program kegiatannya.
Sanggar
Kegiatan Belajar (SKB) merupakan lembaga pemerintah yang membidangi pendidikan
nonformal. Dalam kegiatannya, SKB menyelenggarakan program-program PAUDNI yang
dibutuhkan oleh masyarakat. Secara organisatoris, SKB merupakan unit pelaksana
teknis daerah (UPTD) dari dinas pendidikan kabupaten/kota. Sehingga
pertanggungjawabannya berada pada kepala dinas pendidikan kabupaten/kota.
Kebutuhan
lembaga adalah segala sesuatu yang diperlukan oleh lembaga untuk menjalankan
roda organisasi. Kebutuhan lembaga yang dimaksud dalam karya tulis ini adalah
segala program kegiatan PAUDNI yang diselenggarakan oleh SKB. Program kegiatan
PAUDNI ini diselenggarakan berdasarkan kebutuhan masyarakat. Kegiatan-kegiatan
yang diselenggarakan oleh lembaga SKB untuk selanjutnya dinamakan program
PAUDNI.
Dalam
menentukan kebutuhan lembaga SKB, dibutuhkan tenaga fungsional untuk melakukan
identifikasi, analisa, dan penetapan serta pelaksanaan program. Tenaga
fungsional tersebut adalah pamong belajar. Untuk melakukan tugas yang sangat
variatif, maka seorang pamong belajar dituntut untuk mengembangkan
kompetensinya.
2.5. Kerangka
Berpikir
Kerangka
berpikir yang dikonstrukkan dalam karya tulis ini adalah tercapainya
Meningkatkan kompetensi pamong belajar untuk penataan organisasi sesuai dengan
kebutuhan lembaga melalui in house training ”Menata Organesasi
Berbasiskan Kebutuhan Lembaga”.
Dapat
dijelaskan bahwa arah tujuan IHT Menata Organesasi Berbasiskan Kebutuhan
Lembaga adalah sebagai berikut; lembaga SKB dalam penyelenggaraan program
bertumpu pada kemampuan pamong belajar. Pamong belajar ada yang sudah memenuhi
standar kompetensi, tetapi ada juga yang belum kompeten. Upaya Meningkatkan
kompetensi dilakukan dengan menyelenggarakan program Meningkatkan kompetensi
pamong belajar melalui kegiatan in house training Menata Organesasi
Berbasiskan Kebutuhan Lembaga. Kegiatan IHT Menata Organesasi Berbasiskan
Kebutuhan Lembaga merupakan sebuah proses pelatihan yang mengacu pada penataan
organisasi pamong belajar dan kebutuhan lembaga SKB. Jika IHT Menata Organesasi
Berbasiskan Kebutuhan Lembaga ini dilaksanakan, maka out put yang dihasilkan
adalah; 1) dapat diketahui kompetensi yang dimiliki oleh pamong belajar, 2)
dapat diinventarisir kebutuhan SKB, dan 3) terjadi sinkronisasi antara
kompetensi pamong belajar dengan kebutuhan lembaga. Out come yang dihasilkan
adalah need assessment for compatible organization, yaitu
terselenggaranya perencanaan kebutuhan demi terciptanya sebuah organisasi yang
solid.
BAB
III
PROSEDUR
IMPLEMENTASI GAGASAN
3.1. Strategi
Pemecahan Masalah
Permasalahan
utama yang dihadapi oleh lembaga PAUDNI mulai dari tingkat pusat hingga daerah
selama ini adalah kebutuhan masyarakat yang sangat variatif dan menuntut untuk
ditindak lanjuti sebagai upaya pemenuhan pendidikan. Demikian juga yang terjadi
di SKB, tuntutan masyarakat terhadap pelayanan PAUDNI membutuhkan penanganan
yang harus segera ditindak lanjuti. Di satu sisi, lembaga SKB berkeinginan
untuk menyelenggarakan seluruh program yang dibutuhkan masyarakat, namun di
sisi lain, pamong belajar sebagai ujung tombak penyelenggara program kegiatan
PAUDNI di SKB jumlah dan kemampuannya masih sangat terbatas.
Pamong
belajar sebagai tenaga pendidik yang dituntut memenuhi standar kualifikasi dan
kompetensi, belum sepenuhnya sesuai dengan kriteria standar kualifikasi dan
kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan. Tuntutan
kebutuhan masyarakat yang harus diselenggarakan oleh lembaga SKB, belum semua
dapat dilaksanakan oleh pamong belajar. Hal ini disebabkan oleh variatifnya
ragam pekerjaan yang harus diselenggarakan, sementara kompetensi yang dimiliki
belum semuanya sesuai dengan bidang garapannya. Sebagai contoh; kegiatan yang
dituntut oleh masyarakat adalah bidang pertanian, sedangkan pamong belajar yang
ditugaskan untuk melaksanakan kegiatan tersebut tidak memiliki kompetensi di
bidang pertanian, tentu saja kegiatan tersebut akan gagal atau tidak sesuai
dengan yang diharapkan.
Adanya
ketimpangan antara kompetensi pamong belajar dengan kegiatan-kegiatan yang
diselenggarakan sebagai upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat akan menyebabkan
munculnya dissinkronisasi kebutuhan dan kemampuan. Melihat kenyataan yang
terjadi di lapangan, dijumpai adanya pamong belajar yang karena tuntutan
kebutuhan untuk melaksankan program, akhirnya mereka melaksanakan tugas-tugas
atau pekerjaan yang tidak sesuai dengan kompetensi yang dimiliki, akibatnya
hasil pekerjaannya tidak maksimal.
Melihat
kenyataan adanya ketimpangan antara program kegiatan yang diselenggarakan oleh
SKB dengan kompetansi yang dimiliki oleh pamong belajar, maka perlu adanya
studi kelayakan yang harus dilakukan oleh lembaga untuk mengetahui potensi yang
dimiliki organisasi dengan kebutuhan yang harus dipenuhi. Hal ini dilakukan
untuk menata organisasi agar tidak terjadi ketimpangan antara kebutuhan lembaga
dan pelaksanaan program kegiatan. Analog dengan hal tersebut, maka dapat
dikatakan bahwa SKB yang baik adalah SKB yang memiliki pamong belajar dengan
berbagai kompetansi yang dibutuhkan untuk mendukung terlaksananya
program-program yang dibutuhkan oleh masyarakat.
Penataan
organisasi yang baik perlu direncanakan secara matang, perlu dikembangkan, dan
senantiasa dievaluasi. Demikian juga dengan penetapan kebutuhan lembaga, perlu
adanya suatu identifikasi yang lengkap, analisa yang jeli, serta penetapan
pelaksanaannya secara akurat. Antara penataan organisasi dan kebutuhan lembaga
adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Sebaliknya, penataan organisasi
harus disesuaikan dengan kebutuhan lembaga agar dapat menjalankan kegiatan
secara efektif dan produktif untuk mencapai tujuan.
Oleh
sebab itu, dalam karya tulis ini dikemukakan bagaimana cara menyusun strategi
untuk meningkatkan kompetensi pamong belajar melalui In House
Trainingtentang Menata Organisasi berbasis Kebutuhan Lembaga, atau yang
dijargonkan dengan istilah ‘IHT Menor Berrbule’.
3.1.1. Alasan
Pemilihan Strategi Pemecahan Masalah
Di
masyarakat ada berbagai program kegiatan yang terkait dengan PAUDNI. Berbagai
program kegiatan tersebut akan dilaksanakan oleh lembaga penyelenggara PAUDNI,
salah satu diantaranya adalah SKB. SKB sebagai UPTD Dinas Pendidikan di tingkat
kabupaten/kota merupakan lembaga pemerintah yang bertugas untuk mengembangkan
dan sebagai percontohan penyelenggaraan program PAUDNI. Dalam menjalankan
program-programnya, lembaga SKB akan menugaskan pamong belajar sebagai tenaga
fungsional untuk mengelola pelaksanaan kegiatan PAUDNI yang ada di masyarakat.
Pamong belajar yang mempunyai tugas pokok melaksanakan kegiatan belajar
mengajar, melakukan pengkajian program dan mengembangkan model PAUDNI,
merupakan kunci sukses terselenggaranya program kegiatan yang ada di SKB. Dari
rangkaian tugas pokok ini menunjukkan bahwa pamong belajar merupakan pemegang
peran penyelenggaraan kegiatan PAUDNI. Oleh sebab itu pamong belajar dituntut
memiliki kompetensi yang mampu mengatasi permasalahan PAUDNI.
Pamong
belajar merupakan sumber daya manusia (SDM) yang paling berperan dalam
penyelenggaraan program-program PAUDNI di SKB. Sebagai SDM yang berperan vital
dalam sebuah lembaga SKB, maka pamong belajar harus mampu melaksanakan tugas-tugasnya.
Kemampuan tersebut dapat dilihat dari kompetensi yang dimiliki oleh pamong
belajar. Namun pada kenyataannya, di lapangan pamong belajar belum semuanya
profesional. Sehingga dipandang sangat perlu bagi lembaga SKB untuk
melakukan suatu kegiatan yang dapat meningkatkan kompetensi pamong belajar.
Salah
satu upaya Meningkatkan kompetensi pamong belajar yang telah dilakukan oleh
pemerintah diantaranya adalah menyelenggarakan pelatihan. Berbagai pelatihan
yang diselenggarakan oleh pemerintah, pada kenyataannya kurang
terimplementasikan oleh peserta di lembaganya. Padahal pelatihan-pelatihan
tersebut sudah menghabiskan waktu dan biaya yang tidak sedikit jumlahnya.
Kejadian semacam ini dapat dikatakan bahwa kegiatan pelatihan yang selama ini
diselenggarakan oleh pemerintah lembaga SKB.
Alasan
utama dari kekurangbermanfaatan hasil pelatihan adalah karena pelatihan yang
diselenggarakan oleh pemerintah selama ini belum berbasis pada kebutuhan
lembaga di tempat kerja peserta pelatihan. Peserta pelatihan, yaitu pamong
belajar, ketika mengikuti kegiatan hanya sekedar menerima konsep dari
penyelenggara. Sedangkan kenyataan di tempat kerja atau di lapangan, apa yang
disampaikan dalam pelatihan tidak tersentuh sama sekali atau bahkan tidak ada
yang terkait dengan program lembaga SKB yang harus dikerjakan oleh pamong
belajar. Tentu saja hasil pelatihan tidak diimplementasikan di tempat kerja.
Dari kasus ini terlihat bahwa ada kesenjangan antara kegiatan pelatihan yang
diselenggarakan pemerintah dengan kebutuhan yang diharapkan SKB.
Untuk
menghindari terjadinya kesenjangan antara tujuan pelatihan dengan kebutuhan di
lapangan maka perlu diadakan suatu kegiatan pelatihan yang dapat memenuhi
tuntutan lembaga SKB dalam menjalankan program kegiatannya. Pelatihan yang berorientasi
kebutuhan lembaga ini hanya bisa terpenuhi apabila kegiatannya dilaksanakan di
lembaga atau tempat kerja.
Pelatihan
yang diselenggarakan di tempat kerja untuk mengembangkan kinerja dari sumber
daya manusia (tenaga kerja) dinamakan In House Training. In House
Training yang diharapkan untuk menghilangkan kesenjangan antara materi
pelatihan yang berupa Meningkatkan kompetensi pamong belajar dengan kebutuhan
lembaga SKB, adalah sebuah pelatihan yang didesain untuk menata organisasi
pamong belajar dalam upaya menjalankan tugas-tugasnya sesuai dengan kebutuhan
lembaga SKB. Karena In House Training ini terkait dengan
Pelatihan yang bertujuan untuk menata organisasi pamong belajar dengan berbasis
pada kebutuhan program SKB .
IHT
Menata Organesasi Berbasiskan Kebutuhan Lembaga adalah pelatihan Meningkatkan
kompetensi pamong belajar yang bertujuan untuk menata organisasi berbasis pada
kebutuhan lembaga. Pelatihan ini diikuti oleh pamong belajar dan
diselenggarakan di SKB tempat pamong belajar bekerja.
Maka
organisasi pamong belajar akan tertata, kompetensi pamong belajar akan
berkembang sesuai dengan tuntutan lembaga untuk menyelenggarakan
program-program PAUDNI berdasarkan kebutuhan yang ada di masyarakat. Dengan
menyelenggarakan IHT Menata Organesasi Berbasiskan Kebutuhan Lembaga, lembaga
SKB akan memperoleh keuntungan berupa kompetensi pamong belajar yang semakin
berkembang dan meningkat berdasarkan kebutuhan lembaga untuk menyelenggarakan
program kegiatan.Strategi Meningkatkan kompetensi pamong belajar melalui IHT Menata
Organesasi Berbasiskan Kebutuhan Lembaga merupakan usaha untuk meningkatkan
kompetensi pamong belajar yang ada di SKB melalui sebuah pelatihan yang
dirancang untuk mengetahui dan mengembangkan kemampuan yang telah dimiliki,
menggali potensi yang belum terungkap, serta menumbuhkan potensi yang belum
dimiliki oleh pamong belajar. Selain meningkatkan kompetansi pamong belajar,
IHT Menata Organesasi Berbasiskan Kebutuhan Lembaga digunakan sebagai sarana
untuk mengidentifikasi kebutuhan yang diperlukan masyarakat, menganalisa
kebutuhan yang memungkinkan untuk dilaksanakan, serta menentukan skala
prioritas kegiatan apa yang harus segera dipenuhi oleh lembaga SKB. Setelah
mengetahui kompetensi pamong belajar dan kebutuhan lembaga, maka dapat dilakukan
sinkronisasi antara potensi pamong belajar yang tersedia dengan kebutuhan yang
harus dilaksanakan oleh SKB.
Penerapan
IHT Menata Organesasi Berbasiskan Kebutuhan Lembaga dapat digunakan untuk
mengetahui kelebihan dan kekurangan organisasi serta analisis kebutuhan
lembaga. Adapun alasan pemilihan penyelenggaraan IHT Menata Organesasi
Berbasiskan Kebutuhan Lembaga ini adalah:
1) Lebih
memahami potensi organisasi di SKB.
2) Lebih
mengena untuk penataan organisasi pamong belajar berdasarkan kompetensi yang
dimiliki oleh masing-masing anggota.
3) Lebih
mengetahui kebutuhan nyata yang diperlukan oleh lembaga SKB.
4) Mampu
menyinkronisasikan antara potensi organisasi dengan kebutuhan lembaga.
Tujuan penyelenggaraan
IHT Menata Organesasi Berbasiskan Kebutuhan Lembaga meliputi:
1) Meningkatkan
kualitas sumber daya manusia, yaitu pamong belajar, yang didayagunakan oleh
lembaga SKB.
2) Menciptakan
interaksi antar peserta sehingga akan terjadi penularan informasi maupun ilmu
pengetahuan
3) Mempererat
rasa kekeluargaan dan kebersamaan antar pamong belajar.
4) Meningkatkan
motivasi dan budaya belajar yang berkesinambungan di kalangan pamong belajar.
5) Meningkatkan
kinerja pamong belajar dalam menjalankan tugasnya.
6) Mengetahui
kebutuhan lembaga SKB yang harus dipenuhi.
7) Menyelesaikan
program-program PAUDNI secara professional.
Keuntungan dengan
menyelenggarakan IHT Menata Organesasi Berbasiskan Kebutuhan Lembaga adalah:
1) Biaya
lebih hemat, karena tidak perlu transportasi di tempat yang jauh dan sewa
tempat khusus.
2) Hasil
pelatihan akan lebih maksimal, karena langsung berorientasi di tempat kerja.
3) Materi
lebih spesifik pada permasalahan yang sedang dihadapi, sehingga lebih mudah
dipahami dan diserap oleh peserta.
4) Kinerja
pamong belajar akan meningkat secara langsung
Keunggulan dari
penyelenggaraan IHT Menata Organesasi Berbasiskan Kebutuhan Lembaga adalah:
1) Lembaga
SKB membutuhkan data kompetensi pamong belajar secara kongkrit. Melalui
kegiatan ini data kompetensi yang sudah dimiliki, yang belum dimiliki. Dan yang
akan dikembangkan oleh pamong belajar dapat diketahui secara rinci.
2) Lembaga
SKB memerlukan data kebutuhan lembaga dari masyarakat yang akan dijadikan
program kegiatan. Melalui kegiatan ini kebutuhan lembaga dapat
teridentifikasi, diinventarisir, dianalisa dan disusun berdasarkan skala
prioritas secara maksimal.
3) Lembaga
SKB akan dengan mudah membagi tugas kerja atau job description. Melalui
kegiatan ini pembagian tugas kerja akan tertata secara sistematis dan sesuai
antara kompetensi yang dimiliki pamong belajar dengan program kegiatan yang
ditanganinya.
Dari
uraian di atas menunjukkan bahwa IHT Menata Organesasi Berbasiskan Kebutuhan
Lembaga merupakan suatu pilihan yang sangat tepat untuk digunakan sebagai model
pelatihan tentang Meningkatkan kompetensi pamong belajar yang bertujuan untuk
menata organisasi dengan berbasis pada kebutuhan lembaga. Pelatihan ini sangat
mudah untuk dilaksanakan oleh SKB sebagai unit pelaksana program PAUDNI yang
berhubungan langsung dengan masyarakat.
3.1.2. Deskripsi
Strategi Pemecahan Masalah
Konsep In
House Training adalah pelatihan yang diikuti oleh tenaga kerja atau
karyawan dan diselenggarakan pada lembaga tempat bekerja itu sendiri.
PelaksanaanIn House Training dapat diatur secara fleksibel disesuaikan
dengan kemampuan dan kebutuhan lembaga, namun tidak meninggalkan esensi dari
tujuannya. In House Training yang bertujuan untuk penataan
organisasi dengan berbasis pada kebutuhan lembaga adalah pelatihan Meningkatkan
kompetensi pamong belajar yang diselenggarakan pada lembaga SKB di tempat
pamong belajar bekerja, dengan mengacu pada penataan organisasi guna memenuhi
kebutuhan lembaga. Kegiatan ini selanjutnya disebut dengan IHT Menata
Organesasi Berbasiskan Kebutuhan Lembaga.
IHT
Menata Organesasi Berbasiskan Kebutuhan Lembaga adalah sebuah pelatihan yang
bertujuan untuk menata organisasi pamong belajar agar dapat menjalankan
tugas-tugasnya sesuai dengan kebutuhan lembaga. Dalam IHT Menata Organesasi
Berbasiskan Kebutuhan Lembaga ada dua permasalahan yang akan dibahas,
yaitu menata organisasi pamong belajar dengan cara mengembangkan
kompetensi dan melaksanakan program PAUDNI sebagai kebutuhan lembaga yang akan
diselenggarakan oleh SKB. Meskipun hanya dua permasalahan yang dibahas, namun
setelah membahas masalah kompetansi pamong belajar dan kebutuhan lembaga SKB, yang
harus dibahas lebih spesifik adalah bagaimana untuk mengawinkan antara
kompetensi pamong belajar dengan kebutuhan lembaga SKB.
Penerapan IHT Menata
Organesasi Berbasiskan Kebutuhan Lembaga dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
1) Menata
organesasi (Menor)
Menor yang merupakan
singkatan dari menata organisasi. Kegiatannya diarahkan pada
penataan SDM, yaitu pamong belajar. Penataan SDM diharapkan mampu merubah sikap
dan perilaku pamong belajar yang pada akhirnya akan meningkatkan kualitas
organisasi. Dalam penataan organisasi kegiatannya diarahkan pada:
a.
Mengetahui kompetensi awal yang dimiliki
oleh pamong belajar.
b.
Menggali ide atau gagasan yang dimiliki
oleh pamong belajar
c.
Mengevaluasi kegiatan dan kinerja yang
dilaksanakan oleh pamong belajar.
2)
Berbasis kebutuhan lembga (Berbule)
Berbule
merupakan singkatan dari berbasis kebutuhan lembaga. Kebutuhan lembaga SKB
dalam menyelenggarakan program PAUDNI kegiatannya sangat variatif, hal ini
terkait dengan kebutuhan masyarakat. Namun keberhasilannya sangat tergantung
pada pamong belajar sebagai penyelenggara program.
Untuk
menentukan kebutuhan lembaga perlu adanya suatu telaah dari berbagai masalah
PAUDNI yang ada di masyarakat untuk diungkap dan dikaji apakah permasalahan
tersebut merupakan kebutuhan lembaga yang harus dipenuhi/ dilaksanakan.
Identifikasi permasalahan yang dapat diangkat untuk dijadikan bahan
pertimbangan, secara keseluruhan diinventarisir sebagai topik kebutuhan yang
dapat dijadikan program kegiatan.
Dalam pemenuhan
kebutuhan lembaga kegiatannya diarahkan pada:
a.
Menginventarisir/identifikasi berbagai
kebutuhan lembaga.
b.
Analisis kelayakan program yang akan
dilaksanakan.
c.
Menyusun skala prioritas kebutuhan yang
harus segera dilaksanakan sesuai dengan pentingnya kebutuhan tersebut.
Meskipun
secara terstruktur IHT Menata Organesasi Berbasiskan Kebutuhan Lembaga
dikelompokkan menjadi dua kegiatan, yaitu kegiatan menata organisasi
berdasarkan kompetensi pamong belajar dan kegiatan menentukan kebutuhan program
yang akan dilaksanakan oleh lembaga, pada pelaksanaannya dua kegiatan tersebut
merupakan satu kesatuan kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dengan proses
sinkronisasi.
Hasil
akhir IHT Menata Organesasi Berbasiskan Kebutuhan Lembaga berupa meningkatnya
kompetensi pamong belajar dengan tertatanya organisasi secara maksimal serta
terlaksananya berbagai program kegiatan yang dikembangkan oleh SKB.Strategi
pelaksanaan kegiatan IHT Menata Organesasi Berbasiskan Kebutuhan Lembaga lebih
ditekankan pada proses pelaksanaan pembelajaran pelatihan. Hal ini didasarkan
pada konsep IHT sebagai pelatihan pengembangan SDM, maka dalam IHT Menata
Organesasi Berbasiskan Kebutuhan Lembaga ini peserta pelatihan ditekankan untuk
melakukan pengembangan diri melalui unjuk kerja dari tugas-tugas yang diberikan
oleh trainer.
Konsep
IHT Menata Organesasi Berbasiskan Kebutuhan Lembaga itu sendiri mengacu pada
hakekat pelatihan yang mengandung unsur-unsur pembinaan dan pendidikan, yang
didalamnya terikat oleh rumusan bahwa pelatihan adalah sebuah proses yang
dilaksanakan secara sengaja dan disampaikan dalam bentuk pemberian bantuan
kepada tenaga kerja yang dilakukan oleh tenaga professional dalam satuan waktu
tertentu yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan kerja guna meningkatkan
efektivitas dan produktivitas dalam suatu organisasi.
Strategi
pelaksanaan IHT Menata Organesasi Berbasiskan Kebutuhan Lembaga diarahkan pada
proses pelaksanaan pelatihan. Strategi pelaksanaannya dapat dijelaskan
bahwa IHT Menata Organesasi Berbasiskan Kebutuhan Lembaga dilaksanakan dalam
tiga pokok bahasan, yaitu:
1)
Pokok bahasan pertama, mengungkap
permasalahan kompetensi pamong belajar yang meliputi kompetensi yang sudah
dimiliki, yang belum dimiliki, dan yang akan dikembangkan.Pada pokok bahasan
ini, IHT diarahkan untuk mengungkap kompetensi pamong belajar baik kompetensi
yang sudah dimiliki, kompetensi yang belum dimiliki, maupun kompetensi yang
harus dikembangkan guna mendukung kebutuhan pelaksanaan program yang
dikehendaki oleh lembaga. Pengungkapan kompetensi pamong belajar bukan sekedar
untuk bahan pendataan keperluan kepegawaian, tetapi lebih dimanfaatkan
untuk pengembangan potensi yang dimiliki oleh pamong belajar. Pada
bagian ini peran trainer/nara sumber sangat dibutuhkan. Pada tahapan ini
peserta IHT perlu diberi pengarahan, bimbingan dan motivasi.
Sehingga peserta IHT akan memaksimalkan potensi dirinya dalam mengemukakan ide,
gagasan, kreativitas serta inovasi program. Untuk mengungkap kompetensi pamong
belajar perlu disediakan form/lembar isian kompetensi pamong belajar. Lembar
isian ini dapat didesain sesuai dengan kebutuhan lembaga, terdiri dari lembar
isian kompetensi yang sudah dimiliki, kompetensi yang belum dimiliki tetapi
dibutuhkan lembaga, serta kompetensi yang ingin dikembangkan.
2)
Pokok bahasan ke dua, mengungkap
permasalahan kebutuhan lembaga yang meliputi identifikasi program yang ada di
masyarakat, analisis, dan penetapan program yang akan dilaksanakan. Pada
pembahasan ini IHT difokuskan untuk mengungkap masalah kebutuhan lembaga SKB,
yaitu dimulai dari identifikasi program kegiatan yang dibutuhkan oleh
masyarakat, menganalisa program yang direncanakan untuk dilaksanakan, serta
menentukan skala prioritas program apa saja yang harus segera dikerjakan
berdasarkan tingkat kepentingannya. Tugas pamong belajar sebagai peserta IHT Menata
Organesasi Berbasiskan Kebutuhan Lembaga adalah melakukan identifikasi seluruh
program PAUDNI berdasarkan kebutuhan masyarakat yang selanjutnya menjadi
kebutuhan lembaga. Setelah identifikasi program perlu dilakukan analisa untuk
menentukan kelayakan penerapan program tersebut. Setelah ditetapkan program
yang layak untuk dilaksanakan, maka langkah selanjutnya dibuat skala prioritas.
Identifikasi, analisa dan penyusunan skala prioritas kebutuhan lembaga dalam
kegiatan IHT Menata Organesasi Berbasiskan Kebutuhan Lembaga perlu dibuatkan
form/blangko isian daftar kebutuhan SKB.
3)
Pokok bahasan ke tiga,
mensinkronisasikan antara kompetensi pamong belajar dengan program kebutuhan
lembaga yang akan diselenggarakan. Pembahasan bagian ini adalah
mensinkronisasikan antara kompetensi pamong belajar dengan kebutuhan lembaga.
Pada pembahasan ini peserta IHT yang didampingi nara sumber melakukan kegiatan
memadukan potensi dan peluang dengan menggunakan diagram fungsi relasi. Pada
pembahasan ini sudah bisa ditentukan pembagian kerja.
4)
Melalui tiga tahapan pembahasan inilah
peranan nara sumber sangat dibutuhkan untuk membimbing, mengarahkan dan
memotivasi peserta IHT. Akhir dari pelaksanaan IHT Menata Organesasi
Berbasiskan Kebutuhan Lembaga adalah membuat konklusi. Hasil konklusi dapat
digunakan untuk:
a. mengukur
kompetensi masing-masing pamong belajar,
b. kinerja
masing-masing pamong belajar,
c. kebutuhan
lembaga,
d. pembagian
tugas pekerjaan,
e. arah
pengembangan lembaga.
3.2.Kekhasan
Gagasan
In
House Training merupakan pelatihan yang dilaksanakan pada lembaga tempat
kerja. Selama ini, kegiatan pelatihan dilakukan di luar lembaga dengan berbagai
alasan. Namun pada kegiatan Meningkatkan kompetensi pamong belajar
melalui In House Training ini peserta akan diajak untuk
mengenali dirinya sendiri dalam keterkaitannya dengan lembaganya. Sehingga
peserta akan lebih memahami tentang kondisi dirinya dan lembaganya.
In
House Training Menata Organesasi Berbasiskan Kebutuhan Lembaga merupakan
kegiatan pelatihan yang ditujukan untuk melatih pamong belajar dalam
meningkatkan potensi dirinya, dan memahami apa yang harus dikerjakan untuk
meningkatkan produktivitas kinerja. Pelatihannya hanya diikuti oleh pamong
belajar dari SKB penyelenggara, dan penyelenggaraannya dilaksanakan di tempat
kerja.
Pelaksanaan
pelatihannya terdiri dari dua kegiatan, yaitu Menor dan Berbule. Menor
atau menata organisasi merupakan suatu manajemen SDM yang wajib dilaksanakan
oleh sebuah organisasi untuk mendukung tercapainya tujuan. Penataan organisasi
pamong belajar yang sesuai dengan kompetensi, dalam melaksanakan tugas-tugasnya
akan mempengaruhi hasil kerja. Pembagian kerja yang baik sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki pamong belajar akan menempatkan orang-orang yang dapat
diandalkan. Hasil akhir dari penataan organisasi adalah terciptanya organisasi
yang kompak dan solid atau diistilahkan dengan compatible organization.
Berbule
atau berbasis kebutuhan lembaga merupakan suatu usaha dari organisasi untuk
menentukan kebutuhan-kebutuhan lembaga yang harus dipenuhi sehingga apa yang
diharapkan akan tercapai. Analisis kebutuhan-kebutuhan program ini dapat
digunakan sebagai bahan perkiraan kebutuhan. Kekhasan dari IHT Menata
Organesasi Berbasiskan Kebutuhan Lembaga, pelatihan ini merupakan pelatihan
yang seluruh pesertanya adalah pamong belajar dari satu lembaga SKB, yang
dibahas tentang potensi diri yang dimiliki peserta dan kebutuhan yang harus
dipenuhi oleh SKB tempat para peserta bekerja.
3.3. Keinovasian
Gagasan
In
House Training Menata Organesasi Berbasiskan Kebutuhan Lembaga merupakan
model pelatihan yang belum pernah ada dan belum pernah dilaksanakan oleh
lembaga manapun, terutama PAUDNI. Model pelatihan ini memadukan upaya penemuan
potensi yang dimiliki pamong belajar dan program-program yang dibutuhkan
lembaga. Menata organisasi didasarkan pada potensi yang ada dalam organisasi,
yaitu memberdayakan kompetensi yang dimiliki oleh pamong belajar. Pamong
belajar dengan berbagai kompetensi yang dimiliki diberi tugas untuk menjalankan
program kegiatan yang diselenggarakan oleh lembaga. Sebaliknya, kebutuhan
lembaga yang berupa rencana-rencana program kegiatan yang akan diselenggarakan,
dilakukan pembagian tugas (job description) kepada pamong belajar. Tentu saja
dalam pembagian tugas harus disesuaikan dengan kompetensi pamong belajar.
IHT
Menata Organesasi Berbasiskan Kebutuhan Lembaga, pesertanya harus pamong
belajar dari lembaga penyelenggara, hal ini dikarenakan pamong belajar itu
sendiri yang harus mengungkap potensi dirinya untuk melaksanakan tugas-tugas
dilembaganya. Demikian juga dengan tempat pelaksanaan, IHT Menata Organesasi
Berbasiskan Kebutuhan Lembaga harus dilaksanakan di SKB sebagai lembaga
penyelenggara, karena di lembaga SKB tersebut kebutuhan-kebutuhan lembaga itu
akan diungkap, lembaga itu sendiri yang tahu akan kebutuhannya.
Dengan
melaksanakan kegiatan pelatihan IHT Menata Organesasi Berbasiskan Kebutuhan
Lembaga ini lembaga PAUDNI, khususnya SKB dapat meningkatkan peran pamong
belajar dan lembaga secara bersama-sama untuk menentukan sebuah program
kegiatan yang akan diselenggarakan sehingga hasilnya akan maksimal.
Desain
IHT Menata Organesasi Berbasiskan Kebutuhan Lembaga sangat sederhana, sehingga
dapat diterapkan di lembaga mana saja termasuk di luar lembaga PAUDNI. Meskipun
desainnya sangat sederhana, namun hasil capaiannya sangat menentukan
keberhasilan organisasi dalam penataan organisasi dan perencanaan
kebutuhan lembaga. Kegiatan ini menghemat biaya, hanya diikuti oleh tenaga
kerja dari satu lembaga, dan diselenggarakan di tempat kerja, sehingga dapat
menggali kekuatan-kekuatan yang dimiliki lembaga untuk dikembangkan menjadi
lebih baik. Jika hasil IHT Menata Organesasi Berbasiskan Kebutuhan Lembaga
diterapkan secara sungguh-sungguh, maka tujuan organisasi akan tercapai secara
efektif dan efisien.
BAB
IV
KELAYAKAN
PENGEMBANGAN GAGASAN
4.1. Data
Empiris Pendukung Gagasan
Pamong
belajar sebagai sumber daya manusia perlu dikembangkan untuk meningkatkan
produktivitas dan efektivitas lembaga. Menurut Leonard Nadler (Hardjana, 2001)
pengembangan sumberdaya manusia adalah kegiatan-kegiatan belajar yang diadakan
dalam jangka waktu tertentu guna memperbesar kemungkinan untuk meningkatkan
kinerja. Pengembangan SDM mencakup tiga kegiatan, yaitu; meningkatkan kinerja
pekerja dalam mengemban pekerjaan, pengembangan diri pekerja, dan menyiapkan
pekerja untuk mengemban tugas baru.
Baedhowi
(2007) mengatakan bahwa pengelolaan sumber daya manusia atau yang disebut
dengan istilah manajemen SDM memegang peranan yang vital dan fundamental dalam
sebuah organisasi. Manajemen SDM sangat berperan dalam meningkatkan efektivitas
dan efisiensi organisasi untuk mencapai tujuan sesuai dengan fungsi dan
peranannya.
Hamalik
(2005) menjelaskan bahwa pelatihan pada hakekatnya mengandung unsur-unsur
pembinaan dan pendidikan. Pelatihan bertujuan untuk meningkatkan kemampuan
kerja karyawan dalam bidang pekerjaan tertentu guna meningkatkan efektivitas
dan produktivitas suatu organisasi.
Dari
pendapat-pendapat di atas dapat kita tarik suatu kesimpulan bahwa untuk
meningkatkan kualitas SDM diperlukan adanya suatu pengembangan melalui
pembinaan dan pendidikan. Kegiatan pembinaan dan pendidikan tersebut dapat
dilaksanakan melalui suatu pelatihan atau training.
Berbagai
pelatihan yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun instansi lain dengan
biaya besar, tempat mewah, trainer hebat, namun pada akhirnya hasil pelatihan
itu tidak sesuai dengan yang diharapkan. Bahkan peserta tidak mengalami
perubahan sikap maupun perilaku. Pelatihan semacam ini dapat dikatakan gagal.
Kegagalan pelatihan ini disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain; kurangnya
minat peserta, tidak sesuainya kebutuhan pelatihan, tidak ada relevansi antara
materi pelatihan dengan tugas yang harus dilaksanakan, serta berbagai faktor
lain yang secara teknis berpengaruh pada pelaksanaan pelatihan.
Pamong
belajar hampir setiap saat mengikuti kegiatan pelatihan (rata-rata satu bulan
sekali ada kegiatan pelatihan), baik yang diselenggarakan oleh pemerintah
pusat, regional, provinsi, maupun kota/kabupaten Namun pada kenyataan, hanya
sebagian kecil saja pamong belajar yang mengimplementasikan hasil pelatihan
tersebut dalam pekerjaannya.
Perlu
dilaksanakan suatu kegiatan pelatihan yang mampu mengakomodir
kebutuhan-kebutuhan lembaga PAUDNI, tetapi sekaligus dapat meningkatkan
kompetensi pamong belajar yang sesuai dengan kebutuhan program .
In
House Training merupakan pelatihan yang diselenggarakan di tempat kerja
peserta pelatihan (SKB Muaro Jambi). Peserta pelatihan In House
Training akan lebih mudah menyerap dan mengaplikasikan materi pelatihan
untuk menyelesaikan dan mengatasi permasalahan kerja yang dialami serta secara
langsung mampu meningkatkan kualitas dan kinerja para peserta.
Suherlan
(2009) dalam jurnal manajemen SDM, mengatakan bahwa kinerja karyawan
dipengaruhi oleh perhatian manajemen terhadap kebutuhan karyawan, salah satu
diantaranya adalah dengan diperolehnya posisi pekerjaan yang sesuai dengan
bakat, minat dan kemampuannya. Untuk meningkatkan kemampuan kerja, maka seorang
pegawai harus ditempatkan pada posisi pekerjaan yang sesuai dengan potensi yang
dimilikinya. Organisasi harus merancang desain karir yang logis, linear,
rasional, terencana serta oportunistik dan incremental. Secara logika, idealnya
karir organisasional harus merefleksikan tiga aspek yaitu: tujuan dan strategi
organisasi, pola pengembangan SDM dan posisi penilaian bagi karyawan. Dalam
kenyataannya, pengelolaan SDM merupakan hal sangat sulit dan komplek serta
menimbulkan masalah, seperti tingginya tuntutan karyawan, rendahnya motivasi
berprestasi dalam bekerja, rendahnya kinerja.
Dengan
melihat berbagai kenyataan yang terjadi dalam Meningkatkan kinerja organisasi,
sangat perlu untuk dicari solusi yang paling tepat untuk mengatasi permasalahan
tersebut. Apalagi lembaga SKB yang memiliki aneka ragam kegiatan dengan pamong
belajar sebagai tenaga fungsional yang memiliki berbagai karakter, penanganan
masalah SDM adalah persoalan yang harus benar-benar di prioritaskan.
IHT
Menata Organesasi Berbasiskan Kebutuhan Lembaga, dipandang sangat tepat untuk
dilaksanakan di SKB guna mensinkronkan antara cara meningkatkan kompetensi
pamong belajar sekaligus menentukan program kegiatan yang menjadi kebutuhan
lembaga. Penyelenggaraan IHT Menata Organesasi Berbasiskan Kebutuhan Lembaga
ini memiliki keunggulan yang mampu menjawab permaslahan yang terkait dengan
bagaimana kompetensi yang dimiliki oleh pamong belajar serta bagai mana cara
mengembangkannya, kebutuhan apa saja yang harus dipenuhi oleh lembaga sebagai
jawaban atas tuntutan masyarakat, serta bagaimana pembagian tugas kerja yang
baik sehingga dapat meningkatkan produktifitas lembaga.
4.2. Kendala
Yang Dihadapi Dalam Menerapkan Gagasan
Hambatan dan tantangan
yang muncul dalam IHT Menata Organesasi Berbasiskan Kebutuhan Lembaga antara
lain:
1) Pendanaan
Faktor utama yang
selalu dikemukakan oleh lembaga PAUDNI untuk melaksanakan kegiatan pelatihan
adalah masalah biaya atau pendanaan. Untuk itu campur tangan dari pemerintah
daerah maupun pusat dalam mendukung pendanaan sangat diharapkan.
2) Waktu
pelaksanaan
Waktu pelaksanaan
kegiatan IHT Menata Organesasi Berbasiskan Kebutuhan Lembaga sangat ditentukan
oleh aktifitas pamong belajar dan lembaga. Berbagai kegiatan yang
diselenggarakan oleh lembaga sangat menghambat rencana kegiatan yang lain.
Untuk itu perlu adanya waktu khusus dalam menyelenggarakan pelatihan yang dapat
diikuti oleh seluruh pamong belajar, tanpa terganggu kegiatan yang lain. Waktu
yang paling tepat untuk pelaksanaan kegiatan adalah pada awal tahun, terkait
dengan perencanaan program kegiatan lembaga. Kebijakan pimpinan akan menentukan
suksesnya pelaksanaan IHT Menata Organesasi Berbasiskan Kebutuhan Lembaga.
3) Peserta
Salah satu unsur
penting dalam mencapai keberhasilan IHT Menata Organesasi Berbasiskan Kebutuhan
Lembaga adalah pamong belajar sebagai peserta pelatihan dan lembaga PAUDNI
sebagai organisasi penyelenggara. Kejujuran pamong belajar akan menentukan
diketahuinya secara pasti tentang potensi dan kompetensinya. Sedangkan lembaga
sebagai wadah organisasi akan menentukan langkah-langkah kebijakan yang akan
diterapkan pasca pelaksanaan IHT. Kesungguhan niat untuk berkembang menjadi
lebih baik yang tertanam dalam pribadi pamong belajar akan berpengaruh pada
kinerja berikutnya. Biasanya seseorang, baik pamong belajar maupun pimpinan
lembaga, akan sulit untuk melakukan job description secara benar
dengan melihat potensi masing-masing pamong belajar apabila sudah ada tendensi
subyektifitas antar individu.
4) Trainer
Untuk melaksanakan IHT Menata
Organesasi Berbasiskan Kebutuhan Lembaga dibutuhkan seorang trainer yang mumpuni.
Trainer ini harus benar-benar menguasai permasalahan yang dihadapi oleh pamong
belajar maupun lembaga, memotivasi peserta untuk mencari solusi pemecahan,
memberikan alternatif-alternatif pemikiran, serta mencerahkan keadaan. Namun
untuk mencari trainer yang demikian sangatlah sulit.
5) Evaluasi
dan tindak lanjut
Dengan berakhirnya IHT Menata
Organesasi Berbasiskan Kebutuhan Lembaga maka seharusnya dilaksanakan evaluasi
baik yang terkait dengan pelaksanaan maupun hasil dari IHT. Evaluasi ini yang
memungkinkan penataan kerja sesuai dengan kompetensi yang dimiliki oleh pamong
belajar dengan program yang dilaksanakan lembaga. Namun pada kenyataan sering
terjadi hasil pelatihan tidak dijadikan bahan untuk menetapkan keputusan kerja.
Upaya tindak lanjut tidak berjalan dengan sempurna.
4.3. Faktor
Pendukung Penerarapan Gagasan
Beberapa faktor yang
dapat mendukung pengembangan model pelatihan IHT Menata Organesasi Berbasiskan
Kebutuhan Lembaga ini antara lain:
1) Sarana
prasarana pada lembaga SKB tersedia.
2) Tempat
pelaksanaan tidak meninggalkan tempat kerja atau berada di lembaganya sendiri.
3) Mudah
dilaksanakan kapan saja dan dimana saja.
4) Tidak
membutuhkan biaya yang besar.
5) Pemerintah,
dalam hal ini PPTK PAUDNI Ditjen. PAUDNI Kemdikbud dan Dinas Pendidikan, setiap
tahun senantiasa menyelenggarakan kegiatan yang terkait dengan upaya Meningkatkan
kompetensi pamong belajar, IHT Menata Organesasi Berbasiskan Kebutuhan Lembaga
dapat dijadikan sebagai salah satu program kegiatannya.
4.4. Tindak
Lanjut/Rencana Desiminasi Menerapkan Gagasan
Untuk mensosialisasikan
gagasan tentang IHT Menata Organesasi Berbasiskan Kebutuhan Lembaga, ide ini
perlu disampaikan masyarakat umum. Model pelatihan IHT Menata Organesasi
Berbasiskan Kebutuhan Lembaga ini akan didesiminasikan melalui:
1) Diskusi
terbatas melalui FGD
2) Sosialisasi
melalui forum pertemuan PAUDNI
3) Jaringan
Internet pada situs: skbmuarojambi2.blogspot.com
4) Forum
ilmiah lainnya
BAB
V
KESIMPULAN
DAN REKOMENDASI
5.1. Kesimpulan
Dari uraian tentang
upaya Meningkatkan kompetensi pamong belajar dengan menggunkan IHT Menata
Organesasi Berbasiskan Kebutuhan Lembaga, dapat ditarik simpulan sebagai
berikut:
1. IHT
Menata Organesasi Berbasiskan Kebutuhan Lembaga merupakan salah satu model
pelatihan yang dapat diselenggarakan di SKB untuk meningkatkan kompetensi
pamong belajar. Strategi IHT Menata Organesasi Berbasiskan Kebutuhan Lembaga
dilaksanakan melalui sebuah pelatihan yang dirancang untuk menata
organisasi pamong belajar yang berbasis pada kebutuhan lembaga.
2. Keunggulan
IHT Menata Organesasi Berbasiskan Kebutuhan Lembaga dalam meningkatkan
kompetensi pamong belajar adalah; a) dapat digunakan untuk meningkatkan,
mengembangkan, serta memunculkan gagasan pamong belajar, b) lembaga SKB dapat
menginventarisir, menganalisis, serta menentukan prioritas kebutuhan, dan c)
sinkronisasi antara kompetensi pamong belajar dengan kebutuhan lembaga,
sehingga dapat dilaksanakan pembagian kerja sesuai dengan kompetensinya.
Keuntungan dengan menyelenggarakan IHT Menata Organesasi Berbasiskan Kebutuhan
Lembaga adalah; a) biaya lebih hemat, b) hasil pelatihan lebih maksimal, c)
materi lebih spesifik pada permasalahan yang ada, d) kinerja peserta akan
meningkat secara langsung.
3. Kendala
yang muncul dalam pelaksanaan IHT Menata Organesasi Berbasiskan Kebutuhan
Lembaga antara lain; a) pendanaan, b) waktu pelaksanaan, c) peserta, d)
trainer, dan e) evaluasi dan tindak lanjut.
5.2. Rekomendasi
Karya tulis ini
direkomendasikan untuk:
1. Bagi
lembaga SKB, digunakan sebagai bahan pelatihan Meningkatkan kompetensi pamong
belajar.
2. Bagi
lembaga SKB untuk memaksimalkan kebutuhan lembaga.
3. Digunakan
sebagai dasar pembagian kerja pada lembaga SKB.
DAFTAR
PUSTAKA
Baedhowi.
2007. Manajemen Sumber Daya Manusia. Semarang: Pelita Insani
Depdikbud.
1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua. Jakarta: Balai Pustaka
Depdiknas.
2006. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Tentang
Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: Depdiknas
Depdiknas.
2009. Buku Panduan Sertifikasi Guru. Jakarta: Depdiknas
Hamalik, Oemar.
2005. Pengembangan Sumber Daya Manusia Manajemen Pelatihan Ketenagakerjaan
Pendekatan Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara
Hardjana, Agus M.
2001. Training SDM yang Efektif. Yogyakarta: Kanisius
Hasibuan, Malayu SP.
2007. Organisasi dan Motivasi. Jakarta: Bumi Aksara
Kemdiknas.
2011. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 15 Tahun 2010 Tentang Jabatan Fungsional Pamong Belajar dan
Angka Kreditnya. Jakarta: Kemdiknas
Manulang, M.
2006. Dasar-dasar Manajemen. Yogyakarta: Gajah Mada University Press
Muhammad, Arni.
2007. Komunikasi Organisasi. Jakarta: Bumi Aksara
P2PNFI Regional II.
2012. Desaian Pengembangan Model Meningkatkan Kompetensi Pendidik PAUD.
Semarang: P2PNFI Regional II Semarang
Siagian, Sondang P.
2004. Teori Motivasi dan Aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta
Suherlan,
Herlan. 2009. Pengaruh
Program Pengembangan Karir dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan. Jurnal
Manajemen SDM. http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/03/pengaruh-program-pengembangan-karir-dan.
html.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar